Entri Populer

Jumat, 19 Februari 2010

Bilin Palestina, Perhatian Media dan Avatar

Demonstran Bilin memang terkadang menampilkan aksi yang tak terduga, tapi mengapa dalam demonstrasinya mereka menampilkan tokoh Avatar?

Hidayatullah.com--Ada yang berbeda dalam protes mingguan yang biasa digelar setiap Jumat oleh para demonstran di Desa Bilin. Pada protes tanggal 12/2 lalu mereka menghadirkan Avatar di desa yang dikepung pagar-pagar pembatas buatan Israel itu.

"Ketika orang di dunia yang telah menyaksikan film itu melihat demonstrasi kami dan kondisi yang melatarbelakangi aksi tersebut, mereka akan menyadari bahwa situasinya mirip," kata Muhammad Khatib, salah seorang penyelenggara protes Bilin yang sudah cukup dikenal.

Dalam wawancaranya dengan AOL News, Khatib menjelaskan bagaimana ide tokoh Avatar digunakan dalam demonstrasi itu muncul.

Liana Badr, seorang pembuat film dokumenter menceritakan bahwa ia sangat terkesan dengan persamaan pengalaman yang dialami oleh orang-orang Palestina di Tepi Barat. Oleh karena itu ia merekomendasikannya kepada Khatib. Karena Khatib dan kawan-kawan tidak bisa menonton film itu, maka seorang aktivis menyelundupkan rekamannya.

Setelah menyaksikan, Khatib dan kawannya mencari tahu informasi seputar film tersebut. "Kami membaca para penduduk China mengadopsi nama pegunungan yang ada di film menjadi nama pegunungan di desa mereka. Ratusan juta orang menontonnya dan banyak bersimpati kepada Na'vi."

Bersama dengan para aktivis Israel yang biasa ikut demo, mereka lantas mempersiapkan aksinya. Ibrahim Al-Kadi, seorang seniman lokal dirangkul untuk menangani tata rias demonstran. Sementara lainnya mengumpulkan barang bekas untuk disulap menjadi properti "pertunjukan".

Enam hari kemudian, lima orang demonstran, termasuk tiga di antaranya orang Israel, bergerak menuju lokasi yang biasa diblokade tentara Israel lengkap dengan perlengkapan Na'vi mereka.

"Awalnya mereka terkejut melihat kami," kata Khatib sambil tertawa. "Tapi mereka kemudian mulai menyorot kamera, dan kami merasa seperti dalam salah satu adegan film. Bedanya yang ini nyata, dan terjadi di sebuah desa."

Meskipun banyak tanggapan muncul dari Israel, mereka tidak terlalu mengacuhkannya. Karena tujuan mereka sudah tercapai, yaitu menarik perhatian media internasional.

"Kami menyampaikan pesan: Mereka tidak bisa mengambil seenaknya apa yang mereka mau. Ini adalah tanah kami!" kata Khatib.

Avatar dan Yahudi

Aneh memang melihat para demonstran menggunakan tokoh film Avatar dalam aksinya. Bagaimana tidak, Avatar dibuat oleh orang Yahudi dan sarat pesan ajaran Yahudi. Para rabi di seluruh dunia bahkan bersorak gembira dengan kehadirannya.

Rabi Benjamin Blech dalam tulisannya yang dimuat media online, Yahudi, Aish, bahkan menulis, "Bagi para penonton yang relijius, banyak pesan yang terkandung dalam film itu dan menunggu respon teologis baik pro maupun kontra. Tidak mengejutkan jika pesan spiritual yang sangat banyak itu menarik perhatian Vatikan, di mana film tersebut direview oleh Gaetano Vallini, seorang kritikus budaya di surat kabar harian gereja Vatikan, L’Osservatore Romano."

Blech menilai review itu bersifat negatif, mengingat reviewnya kemudian ditampilkan juga oleh berbagai jurnal dan surat kabar Katolik di seluruh dunia.

Beberapa pesan ajaran Yahudi sangat terlihat jelas. Antara lain pembuatan film dalam bentuk 3 dimensi, yang memerlukan kacamata khusus untuk bisa menyaksikannya dengan baik. Itu adalah sebuah metafora di mana kita harus bersiap untuk "melihat", melihat dengan apa yang sering disebut dengan "mata ketiga", kata Blech.

Ajaran Yahudi memang banyak menyebut "mata" secara khusus sebagai lambang dari tuhan mereka. Lambang mata satu yang dikenal sebagai salah satu simbol ajaran kabalistik adalah simbol yang juga diagungkan Yahudi.

Bangsa Na'vi. Kata Blech, ada orang yang mengatakan padanya bahwa nama itu tidak ada kaitannya dengan "navi" dalam bahasa Hebrew yang berarti nabi. Tapi yang pasti adalah--dan pastinya James Cameron sang empunya film keturunan Yahudi mengetahuinya--akar kata navi arti sesungguhnya adalah "seer", yaitu seseorang yang memiliki kemampuan melihat melebihi orang lain pada umumnya. Dan itu adalah inti dari cerita film tersebut, tulis Blech.

Na'vi dalam cerita itu tidak menyembah dirinya sendiri atau cita-citanya, tapi mereka memuja suatu kekuatan yang sangat agung, yang mereka sebut "eywa". Kata itu tidak lain dan tidak bukan merupakan tetragamaton, empat huruf suci bagi Yahudi yang mewakili nama tuhannya, yang tidak berani mereka ucapkan ataupun tulis dengan jelas.

Dalam kitab suci Yahudi, tuhan mereka biasa ditulis dengan YHVH, atau dikenal umum dengan Yehovah, Yahweh, dan lain-lain. Tidak ada yang baku, karena seperti kata rabi Fred Guttman dalam tulisannya yang dimuat Ethicsdaily, "YHVH adalah kata paling suci untuk tuhan dalam kitab suci dan tidak terlihat jelas dalam pengucapannya, kecuali hanya berupa helaan nafas."

Menurut Guttman, ucapan "I see you" juga mengandung pesan mirip dengan filosofi "I-Thou" yang dijabarkan filsuf Yahudi kelahiran Austria, Martin Buber.

Karakter bangsa Na'vi yang menjaga bumi juga mirip dengan pesan dalam kitab Yahudi, yang berulang kali menyebutkan bahwa bumi adalah tempat yang sangat penting bagi mereka dan terkait erat dengan aturan hukum mereka. Sebagai contoh dalam Deuteronomy 20:19 dikatakan bahwa jika Yahudi memaksa berperang dalam kurun waktu tertentu di mana mereka dilarang untuk berperang, maka mereka diperintahkan untuk tidak menebang pohon-pohon yang berada di daerah tempat tinggal mereka, sebagai hukumannya.

Planet Pandora yang penuh dengan pepohonan, merupakan metafora dari ajaran Pohon Pengetahuan dalam kitab Kejadian.

Dan gunung di planet Pandora yang "menggantung di atas kepala" mereka adalah perumpamaan, ketika Yahudi disuruh berdiri di bawah kaki Bukit Sinai, berjanji untuk selalu mentaati aturan tuhannya.

Penyelamat bangsa Na'vi adalah seorang manusia mantan marinir yang lumpuh. Itu adalah gambaran dari Nabi Musa yang dulu menyelamatkan bangsa Yahudi dari Fir'aun. "Musa sulit bicara dan memiliki lidah yang berat, yang dikirim untuk menyampaikan pesan," tulis Blech.

"Dengan kecacatannya ia menyebarkan pesannya. Dalam film tersebut digambarkan seorang marinir yang tidak dapat berjalan, tapi berhasil membimbing bangsa Na'vi mempertahankan hidupnya dan menemukan jalan menuju nenek moyang mereka."

"Jika saja Cameron tidak pernah mendatangi sekolah Yahudi, ia pasti mendiskusikan karyanya terlebih dahulu dengan seorang rabi," tulis Blech, mengomentari begitu saratnya pesan Yahudi dalam film Avatar, sehingga tidak mungkin dikatakan hanya sebagai kebetulan belaka.

Bilin yang terkurung

Bilin adalah sebuah desa Palestina yang berjuang untuk tetap eksis, mempertahankan tanah, pohon zaitun , kekayaan, dan juga kebebasan penduduknya.

Setelah Perang Enam Hari di tahun 1967, Bilin jatuh ke tangan Israel. Perjanjian sementara atas Tepi Barat dan Jalur Gaza tahun 1995, menetapkan kawasan itu dikelola oleh Otorita Nasional Palestina.

Seperti biasa Israel tidak menerima begitu saja. Mereka merampas lagi tanah-tanah di Bilin, membangun pagar pembatas beton maupun kawat, serta mendirikan rumah-rumah untuk pemukiman Yahudi. Sekarang hampir 60% wilayah Bilin telah dikuasai Israel, sementara rakyat Palestina terkurung dalam pagar beton dan kawat yang membentuk penjara terbuka bagi mereka.

Penduduk memprotes kekejaman Israel. Setiap kali mereka protes, selalu dibalas dengan tembakan, penangkapan, pengrusakan rumah dan tanaman, serta kekerasan lainnya. Meskipun demikian mereka tidak pernah kapok.

Demonstrasi terus dilakukan hingga akhirnya menarik perhatian lebih banyak pihak, baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk dari Israel. Para aktivis HAM dan perdamaian datang ikut bergabung. Kelompok sayap kiri Israel seperti Gush Shalom, Anarchists Against the Wall dan Solidarity Movement juga ikut serta. Demonstran semakin terorganisasi, karena tidak lagi hanya melibatkan penduduk desa.

Tahun 2005 demonstrasi mulai dilakukan secara rutin satu pekan sekali, yaitu setiap hari Jumat. Materi demonstrasi semakin beragam dan teatrikal. Tidak jarang mereka menampilkan aksi teatrikal dilengkapi dengan berbagai macam gambar dan properti unik.

Ketika masyarakat Jerman merayakan runtuhnya Tembok Berlin ke-20 Nopember tahun lalu, para demonstran Bilin juga ikut meruntuhkan tembok pembatas beton Israel. Sinterklas bahkan juga pernah ikut berdemonstrasi di Bilin. Tujuannya hanya satu, agar masyarakat internasional tidak lupa bahwa penduduk desa Bilin masih terus terkurung dan teraniaya oleh Israel.

Dipilihnya Avatar sebagai aksi teatrikal demonstran Bilin, menimbulkan pertanyaan besar: Apakah mereka sudah disusupi oleh pemikiran Yahudi dan Israel? Ataukah hanya sekedar mengikuti trend dan sebagai kebetulan belaka? "Nothing is coincidence," begitu orang Barat sering mengatakan. [di/berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Source : Hidayatullah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar